Wijen
merupakan salah satu hasil pertanian yang mempunyai banyak manfaat terutama
setelah diolah menjadi minyak wijen. Industri minyak wijen sendiri kini mulai
marak. Produk pangan dari wijen bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mengikat
kelebihan kolesterol dalam darah, pencegah pengerasan dinding pembuluh darah,
memelihara kesehatan hati dan ginjal, mencegah kanker, dan meningkatkan
kebugaran dan vitalitas tubuh.
Proses
pembuatan minyak wijen secara garis besar dilakukan dengan penyangraian
terlebih dahulu, setelah itu penggilingan (milling)
dan terakhir adalah ekstraksi dengan cara dipres. Sisa/ampas dari hasil
pengekstrakan biji wijen inilah yang disebut bungkil wijen yang selanjutya
dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan lebih lanjut. Proses pengolahan lebih
lanjut antara lain adalah pembuatan cabuk bungkil wijen dan kecap wijen.
Proses Pembuatan Cabuk Bungkil Wijen
Proses pengolahan bungkil wijen menjadi
cabuk tidak terlalu rumit. Bungkil wijen dihancurkan agar tidak menggumpal, kemudian
diadoni dengan air. Selanjutnya ditambahkan kapur sirih ke dalam adonan, lalu
adonan dikukus ±1 jam. Setelah matang diperam dengan membungkus dengan daun pisang selama 36-60 jam. Cabuk hasil
fermentasi ditambahkan bumbu-bumbu seperti cabai, bawang putih, daun jeruk,
daun kemangi, gula, dan garam. Cabuk yang dihasilkan mempunyai umur simpan ±1
minggu.
Pembuatan kecap wijen dilakukan melalui
3 tahapan proses, sebagai berikut:
a. Pembuatan koji
Bungkil
wijen dikukus ± 1,5 jam, agar teksturnya lebih lunak. Selanjutnya didinginkan,
lalu ditambahkan ragi dan tepung tapioka dalam bungkil wijen. Adonan dibungkusi
dengan daun jati, dibungkus menyerupai tempe. Setelah 3-4 hari fermentasi,
inilah yang disebut koji. Keberhasilan proses pembuatan koji ini ditandai
dengan adanya jamur yang tumbuh pada bungkil. Koji yang dihasilkan dikupas dari
bungkusnya, lalu dijemur sampai kering.
b. Pembuatan
moromi
Koji
yang dihasilkan dari tahap 1 dicampur dengan garam yang sudah dilarutkan dalam
air. Adonan yang dihasilkan dimasukkan ke dalam toples, dan difermentasi
dibawah sinar matahari ± 1 bulan. Kecap ini merupakan filtrat dari hasil
penyaringan moromi. Dalam proses ini terjadi pembentukan flavor kecap yang khas sebagai hasil fermentasi mikroorganisme
dalam kecap.
![]() |
Kecap Wijen |
c. Pemasakan kecap
Filtrat
yang dihasilkan dicampur dengan bumbu-bumbu seperti salam, laos, bawang putih,
dan serai serta ditambahkan gula jawa untuk membentuk rasa. Adonan dimasak
sampai mengental. Hal ini terjadi karena proses pemasakan lama kelamaan akan
menguapkan air di dalam adonan sehingga kadar airnya menjadi berkurang dan
adonan menjadi mengental. Kecap yang dihasilkan disaring agar terbebas dari
kotoran maupun endapan-endapan, selanjutnya siap untuk dikonsumsi. (Sumber : UKM
Putri Mandiri)
Pengolahan bungkil
wijen yang diolah sehingga menghasilkan kecap bungkil wijen berbeda dengan
produk kecap yang beredar di pasaran karena kecap di pasaran kebanyakan
berbahan dasar kedelai. Cabuk biasa dimanfaatkan sebagai lauk karena terdapat
senyawa yang berkontribusi terhadap rasa umami yang dapat meningkatkan flavor makanan. Pada saat proses
pembuatan cabuk serta kecap bungkil wijen terjadi perubahan yang disebabkan
oleh fermentasi sebagai akibat dari aktivitas mikroorganisme yang terdapat di
dalamnya. Pada proses pembuatan cabuk ini terjadi fermentasi secara spontan,
dimana mikroorganisme menggunakan komponen-komponen nutrisi yang terdapat pada
substrat dan mengubahnya menjadi produk yang mempunyai kontribusi bagi
komposisi kimia dan rasa dari bumbu yang dihasilkan. Selain itu proses
fermentasi ini akan menghasilkan senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan, yang tentunya sangat berperan bagi tubuh. Pemanfaatan limbah
bungkil wijen sebagai bahan baku pembuatan cabuk dan kecap wijen merupakan
salah satu alternatif pemanfaaatan limbah menjadi produk yang lebih bermanfaat
dan bernilai ekonomis.
0 komentar:
Posting Komentar